COOPERATIVE LEARNING

COOPERATIVE LEARNING : MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Marhamah*)

Abstrak
Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang lebih modern. Salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning, karena model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.Kata kunci : cooperative learning, berpikir kritis.

A. Pendahuluan
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, baik perubahan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Slameto (1991) juga berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud amat luas, tetapi terutama yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan pendidikan yang berupa kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar, masalah yang dihadapi seseorang cukup kompleks. Artinya, dalam belajar dipengaruhi oleh bermacam-macam hal yang saling berkaitan. Proses belajar yang dilakukan seseorang pasti akan menunjukkan gejala/proses dan hasil belajar yang berbeda-beda. Perbedaan ini bersumber pada kenyataan bahwa manusia berbeda kemampuan dalam memahami sesuatu. Jadi, sukses seseorang dalam belajar merupakan gabungan dari kesanggupannya berdasarkan potensi yang ada dalam dirinya untuk memahami sesuatu, pelajaran yang selaras, dan metode belajar mengajar yang baik. Pernyataan senada disampaikan oleh Gagne yang dikutip dalam Zachri (1989), yaitu sesungguhnya banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah factor yang berasal dari dalam siswa, yang meliputi : bakat, minat, motivasi, sikap, gaya belajar, dan lain-lain. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang meliputi : metode dalam mengajar, alat evaluasi, lingkungan belajar, media pengajaran, dan lain-lain. Dalam upaya mencapai hasil belajar yang optimal, guru dituntut untuk bisa memilih metode mengajar yang paling sesuai dengan karakteristik siswa, materi pembelajaran, dan lain-lain. Namun, kenyatannya pelaksanaan memilih metode pembelajaran masih berpola pada paradigma pembelajaran yang teacher centered belum pada student centered. Dalam model pembelajaran tradisional, untuk keberhasilan pembelajaran, guru berusaha melakukan transfer pengetahuan kepada siswa. Dalam transfer pengetahuan dan pengalaman itu siswa harus berkonsentrasi dalam mendengarkan penjelasan dan uraian guru sehingga aktivitas yang tercipta adalah D3CH (duduk, diam, dengar, catat, dan hafal) (Anita Lie, 2002). Jadi, berdasarkan penyataan-pernyataan diatas, guru perlu memikirkan bagaimana memilih metode mengajar yang bisa melayani kecepatan belajar dan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Untuk bisa melayani siswa dengan berbagai karakteristiknya, banyak metode yang bisa dipilih. Dalam artikel ini akan dibahas metode mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang diharapkan menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah yang selama ini menjadikan siswa pasif.

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif lebih dikenal dengan istilah cooperative learning yaitu pembelajaran berkelompok yang diselenggarakan sedemikian rupa sehingga tiap-tiap siswa terlibat setiap saat dalam kelompokknya dan siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki. Slavin (1995) mengemukakan, “in cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Anita Lie (2000) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja. Djahiri K (2004) menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentries, humanistic, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik dikelas atau disekolah. Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi, cooperative learning dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive). Cooperative learning ini bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai salah satu alternatif dalam mengisi kelemahan kompetisi, yakni hanya sebagian siswa saja yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam ketidaktahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuan merasa malu bila kekuranggannya di-expose. Kadang-kadang motivasi persaingan akan menjadi kurang sehat bila para murid saling menginginkan agar siswa lainnya tidak mampu, katakanlah dalam menjawab soal yang diberikan guru. Sikap mental inilah yang dirasa perlu untuk mengalami improvement (perbaikan).

C. Unsur-unsur Dasar dalam Coperative Learning
Menurut (Lungdren, 1994), unsur-unsur dasar dalam cooperative learning adalah sebagai berikut :
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

D. Tujuan Cooperative Learning
Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (2000), yaitu :
1. Hasil belajar akademikDalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperative learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individuTujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas social, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosialTujuan ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan social penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

E. Karakteristik Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. Adapun karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah :· Pembelajaran secara tim· Didasarka pada manajemen kooperatif · Kemauan untuk bekerja sama· Keterampilan bekerja sama

F. Prosedur Pembelajaran Cooperative Learning
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu :· Penjelasan MateriTahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahamam siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim).· Belajar dalam KelompokSetelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokkannya bersifat heterogen. Dalam hal kemampuan akademik, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang (Anita Lie, 2005).· PenilaianPenilaian bisa dilakukan dengan tes atau kuis yang dilakukan secara individual maupun kelompok.· Pengakuan TimPengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

G. Berpikir Kritis
Nama lain berpikir kritis adalah keterampilan berpikir, berpikir kreatif, ‘higher-order thinking’, ‘good thinking’, ‘thinking well’ atau ‘thinking smarter’, yaitu dapat megindentifikasi pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut dengan mencari dan menelusuri pengetahuan secara mandiri dan dapat mencari bukti untuk mendukung sebuah argument. Keterampilan berargumen adalah kemampuan untuk memberikan pendapat lain terhadap pendapat orang lain dan dapat menunjukkan bukti-bukti yang mendukung maupun yang tidak mendukung pendapat tersebut. Berpikir kritis meliputi : membandingkan, menerjemahkan, mengamati, menyimpulkan dan menggolongkan; menyusun hipotesis; mengambil keputusan, mengkritik dan mengevaluasi; mendesain investigasi; mengidentifikasi asumsi; membuat kode, mengumpulkan dan menyusun data atau informasi. Ciri-ciri berpikir kritis :· Disposisi personal : mencari kebenaran, terbuka, analitis, sistematis, percaya diri, ingin tahu dan bersikap dewasa.· Terampil dalam : analisis, evaluasi, menyimpulkan, berpikir deduktif dan induktif.· Kriteria untuk evaluasi diri/orang lain : jelas, tepat, spesifik, relevan, dalam, luas dan logis. Berpikir kritis terdiri dari pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasi informasi, merencanakan aktifitas, memecahkan masalah, mengkomunikasikan informasi, bekerja sama dengan orang lain, dan menggunakan teknologi.

H. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan, termasuk model pembelajaran kooperatif karena tidak ada yang paling tepat untuk dipakai pada semua karakteristik siswa, materi dan lain-lain. Kelebihan dan kelemahan cooperative learning adalah sebagai berikut :
1. Kelebihana.
a.Tidak terlalu menggantungkan pada guru atau dosen, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
f. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
2. Kelemahan
a. Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
b. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
c. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.
Oleh karena itu idealnya melalui model pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

I. Simpulan
Untuk efektifitas dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang guru pasti menerapkan model pembelajaran yang dirasakan paling sesuai dengan karakteristik siswanya. Banyak model pembelajaran yang bisa dipilih oleh guru, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. Pemilihan model pembelajaran kooperatif ini bertolak dari keinginan untuk menumbuhkan kepribadian siswa yang demokratis dan sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan kompetisi. Model ini dirancang untuk menampung perbedaan individual dalam gaya belajar, motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan lain-lain. J. Saran Setiap jenis model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga tidak ada satu pun jenis model pembelajaran yang paling tepat untuk bisa mengatasi semua jenis materi pelajaran, karakteristik siswa, kondisi kelas dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pembelajaran jika seorang guru menerapkan berbagai model pembelajaran merupakan hal wajar justru sangat menguntungkan. Namun, berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning di atas hendaknya seorang guru mempertimbangkan apakah kelemahan model tersebut masih dapat diatasi dan ditutupi dengan kelebihan yang ada.

Daftar Pustaka
Ibrahim, M. et, all. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas negeri Surabaya Press. Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Slavin, R. E. 1992. Cooperative Learning. USA : Allyn and Bacon. Zachri, Abdul L. 1989. Prinsip Desain Instruksional. Jakarta : Pustaka Teknologi Pendidikan IKIP.
Posted on 01:16 by ariwinata and filed under | 1 Comments »